"Kau Karebet" kata seorang prajurit Wira Tamtama yang sedang berjaga ruang dalam.
"Ya,kau Wira, kau berjaga disini?" tanya karebet.
"Ya, Kanjeng Sultan saat ini sedang menerima Raden Penangsang di dalam ruangan". kata Wira.
"Ya, aku akan menunggu disini" kata Wasis lalu merekapun duduk tidak jauh dari prajurit Wira Tamtama.
Tidak berapa lama keluarlah dari dalam ruangan, seorang laki-laki bertubuh sedang berkumis melintang berpandangan tajam, Arya Penangsang, calon Adipati Jipang yang hampir bersamaan dengan Karebet telah dipanggil menghadap Kanjeng Sultan Trenggana di Demak.
Ketika Karebet melihat Penangsang berjalan melintas di depannya, maka iapun mengangguk hormat, menundukkan kepalanya dan sedikit membungkukkan badannya.
Penangsang, yang melihat Karebet menghormat kepadanya, membalas dengan menganggukkan kepalanya, setelah itu iapun bejalan menuju ketempat tambatan kuda hitamnya, Gagak Rimang.
Prajurit Wira Tamtama, yang bernama Wira, kemudian berjalan menuju ruangan dalam dan sesaat kemudian iapun keluar ruangan lalu menuju ketempat Karebet.
"Silakan menghadap Kanjeng Sultan, sekarang" kata Wira.
"Ya" kata Karebet, kemudian iapun berjalan menuju ruangan dalam,
Sampai didepan pintu, Karebet berdiri bersikap ngapurancang, menunggu panggilan Kanjeng Sultan.
"Masuklah Karebet" terdengar suara Kanjeng Sultan dari dalam ruangan.
Karebetpun masuk keruangan, dengan laku dodok, iapun menyembah Kanjeng Sultan, dan duduk bersila dihadapannya.
"Karebet" kata Kanjeng Sultan Trengana.
"Dawuh dalem Kanjeng Sultan" jawab Karebet.
"Bagaimana keadaanmu Karebet" tanya Kanjeng Sultan.
"Atas pangestu Kanjeng Sultan, hamba dalam keadaan selamat" kata Karebet.
"Bagaimana pembangunan dalem kadipaten Pajang?"
"Hampir selesai Kanjeng Sultan, tiga empat hari lagi Ki Lurah Wiguna akan pulang ke Demak, selanjutnya kekurangannya akan hamba kerjakan sendiri" kata Karebet.
"Karebet, apakah selama ini kau pernah mengalami kesulitan dalam membangun dalem Kadipaten ?" tanya Kanjeng Sultan.
"Tidak ada kesulitan apapun Kanjeng Sultan, semuanya lancar" jawab Karebet
"Kau tadi sempat bertemu Penangsang ?" tanya Kanjeng Sultan.
"Ya Kanjeng Sultan, kami bertemu diluar" jawab Karebet.
"Kau dan Penangsang saat ini aku panggil ke Demak, karena tiga pasar lagi, pada hari Anggara Kasih, di ruangan Sasana Sewaka akan diadakan pisowanan agung" kata Sultan Trenggana
Karebet terus menundukkan kepala, mendengarkan apa yang dikatakan oleh Kanjeng Sultan.
"Dalam pisowanan agung nanti, kau akan aku lantik sebagai Adipati Pajang, sedangkan Penangsang akan aku lantik sebagai Adipati Jipang" kata Sultan Demak.
"Terima kasih Kanjeng Sultan" kata Karebet.
"Nanti di dalam pisowanan agung, kau akan didampingi oleh dua orang kepercayaanmu, siapakah yang akan kau pilih untuk mendampingimu dalam pelantikan nanti ?"
"Kalau dua orang, hamba akan membawa kakang Pemanahan dan kakang Penjawi untuk mendampingi hamba dalam pisowanan agung nanti Kanjeng Sultan" jawab Karebet.
"Pemanahan dan Penjawi? Dua orang yang berasal dari Sela ?" tanya Sultan Trenggana.
"Betul Kanjeng Sultan, keduanya memang berasal dari Sela" jawab Karebet.
"Baik Karebet, nanti dua tiga pasar setelah pisowanan agung, setelah kau menjadi Adipati Pajang, maka kau bisa melamar anakku Sekar Kedaton, tinggal nanti kita cari hari yang baik. Nanti setelah selesai pisowanan agung, kau jangan pulang dulu ke Pajang, tetapi tunggu sebentar, kau akan kupanggil dan kuberi tahu kapan kau melamar anakku Sekar Kedaton" kata Sultan Demak.
"Sendika dawuh Kanjeng Sultan" kata Karebet.
"Kau akan pulang langsung ke Pajang?" tanya Kanjeng Sultan.
"Tidak Kanjeng Sultan, hamba akan singgah dulu di Kadilangu" jawab Karebet.
"Ke tempat Kanjeng Sunan Kalijaga?"
"Kasinggihan dawuh Kanjeng Sultan"
"Bagus" kata Kanjeng Sultan:"Nah, cukup sekian, kau boleh pulang.
Karebetpun menyembah, lalu iapun bergeser kepintu, kemudian keluar dari ruangan, berjalan keluar menemui Wira dan Wasis yang masih menunggu diluar.
"Bagaimana Karebet?" tanya Wasis setelah Karebet berada didekatnya.
"Sudah selesai, aku sudah menghadap Kanjeng Sultan" kata Karebet.
"Nah kalau begitu tugasku sudah selesai, aku akan pulang ke rumahku dan aku akan tidur sampai sore, baru besok pagi aku bertugas lagi" kata Wasis, lalu iapun meninggalkan Wira dan Karebet yang masih berada di depan pintu masuk ruang dalam.
Setelah Wasis tidak terlihat lagi, Karebetpun kemudian bertanya kepada Wira :"Wira, kalau prajurit Tumpak saat ini betugas dimana Wira?"
"Tumpak saat ini bertugas di depan Kaputren" jawab Wira.
"Baiklah Wira, aku sedang ada keperluan dengan Tumpak, aku akan menemuinya ke Kaputren sebentar" kata Karebet.
"Silakan" kata Wira.
Karebetpun kemudian berjalan menuju Kaputren untuk menemui Tumpak.
Langkah Karebetpun terhenti ketika dari kejauhan terllihat seorang perempuan yang telah dikenalnya, berjalan menuju ke arah ruang dalam.
Ketika melihat Karebet, perempuan itu, yang ternyata adalah Nyai Madusari, tersenyum dan berjalan menghampiri Karebet.
"Karebet, kau tunggu didepan Kaputren, aku akan ke Kanjeng Prameswari, minta ijin, Gustri Putri Sekar Kedaton akan menghadap ibundanya" kata Nyai Madusari.
Belum sempat Karebet menjawab, dengan tergesa-gesa Nyai Madusari telah bejalan meninggalkannya menuju ruang dalam.
Karebetpun kemudian berjalan ke Kaputren, dan disana terlihat Tumpak dan seorang temannya bertugas disana.
Ketika melihat Karebet, Tumpakpun kemudian tersenyum dan meyapa sahabatnya :"Karebet, kau dipanggil Kanjeng Sultan?"
"Ya, aku baru saja menghadap Kanjeng Sultan di ruang dalam" kata Karebet.
"Kau berangkat kemarin?" tanya Tumpak.
"Ya, aku bersama Wasis" kata Karebet.
Tumpakpun melihat ke arah ruang dalam, dan terlihat Nyai Madusari berjalan tergesa-gesa menuju Kaputren.
"Sebentar lagi Nyai Madusari masuk ke Kaputren" kata Tumpak.
"Ya" kata Karebet sambil tersenyum.
"Sebentar lagi Gusti Putri pasti keluar menuju ruang dalam menemui ibundanya" kata Tumpak.
Karebet mengernyitkan dahinya, lalu Tumpakpun menyambung perkataannya.
"Ya karena kau berada disini" kata Tumpak.
Karebetpun juga tertawa mendengar perkataan Tumpak.
Nyai Madusaripun berjalan masuk ke pintu Kaputren, tak lama kemudian pintupun terbuka kembali, dan keluarlah Nyai Madusari beserta Sekar Kedaton Gusti Putri Mas Cempaka.
Nyai Madusari lalu berjalan menuju ke arah Tumpak yang sedang berdiri di seberang gerbang kaputren, sedangkan Karebet berjalan mendekati Gusti Putri Sekar Kedaton.
Ketika Putri Sekar Kedaton Mas Cempaka melihat Karebet mendekatinya, wajah Gusti Putri Sekar Kedaton begitu cerah, senyumnya mengembang tiada henti.
"Kau selamat kakangmas ?" kata Sekar Kedaton Gusti Putri Mas Cempaka, ketika Karebet telah berada di dekatnya.
"Ya diajeng, aku baik-baik saja, bagaimana keadaanmu diajeng, setelah aku tinggal ke Pajang" kata Karebet.
"Ya kakangmas, aku selalu sehat, dan aku selalu menunggu kabar keselamatanmu dari prajurit yang datang dari Pajang"
"Ketika Tumpak pulang dari Pajang, apakah dia mengabarkan keadaanku kepada Nyai Madusari"
"Ya kakangmas, dan aku senang sekali mendengar kabar tentang kakangmas dari Pajang dan aku sudah tahu kalau hari ini kakangmas akan datang di Demak"
"Ya diajeng, kemarin prajurit Wasis datang ke Pajang, dan kata Wasis aku dipanggil menghadap Kanjeng Sultan"
"Aku sudah diberi tahu rencana ayahanda Sultan, pada hari Anggara Kasih, dalam pisowanan agung nanti, kakangmas akan dilantik menjadi adipati Pajang"
"Ya diajeng, setelah itu tiga pasar setelah pisowanan agung, aku akan melamar diajeng" kata Karebet.
"Tidak lama lagi kakangmas" kata Sekar Kedaton sambil tersenyum.
"Ya diajeng, tidak lama lagi" kata Karebet.
"Kakangmas, pada pisowanan agung nanti, kakangmas berangkat dari Pajang tanpa pengawal? Sebaiknya kakangmas berangkat ke Demak dengan dikawal calon warangka praja kadipaten Pajang"
"Ya diajeng, nanti aku berangkat bersama dua orang yang selama ini membantu mendirikan kadipaten Pajang" kata Karebet.
Gusti Putri menganggukkan kepalanya, lalu iapun berkata kepada Karebet :"Kakangmas, aku akan menghadap ibunda Kanjeng Prameswari sekarang, nanti ibunda terlalu lama menunggu"
Karebet tersenyum, katanya :"Silakan diajeng, aku juga pamit akan pulang ke Pajang"
"Kakangmas akan langsung pulang ke Pajang?" tanya Sekar Kedaton.
"Tidak diajeng, aku akan singgah dulu di Kadilangu, ketempat Kanjeng Sunan Kalijaga" kata Karebet.
"Ya kakangmas, aku menghadap ibunda sekarang" kata Sekar Kedaton Gusti Putri Mas Cempaka, lalu iapun memanggil Nyai Madusari untuk mengantar ke ruang dalam.
Nyai Madusaripun kemudian meninggalkan Tumpak, lalu keduanya berjalan menuju ruang dalam, ke ruangan Kanjeng Prameswari.
Ketika Sekar Kedaton dan Nyai Madusari sudah tidak terlihat lagi, Karebetpun berjalan mendekati sahabatnya, prajurit yang sedang berjaga di kaputren, Tumpak.
Sementara itu, pada saat yang bersamaan, di ruang dalam, Kanjeng Sultan sedang dihadap oleh dua orang Tumenggung yang duduk bersila dihadapannya, Tumenggung Gajah Birawa dan Tumenggung Siung Laut.
Kedua Tumenggung itu dipanggil Kanjeng Sultan, sesaat setelah Karebet keluar dari ruang dalam.
"Tumenggung Gajah Birawa" kata Kanjeng Sultan.
"Dawuh dalem Kanjeng Sultan" kata Tumenggung Gajah Birawa.
"Dan kau Tumenggung Siung Laut" kata Sultan Trenggana.
"Dawuh dalem Kanjeng Sultan.
"Kalian berdua aku panggil, sehubungan dengan beberapa persoalan yang sudah lama aku rencanakan, dan akan aku laksanakan dalam waktu dekat ini" kata Kanjeng Sultan.
Kedua Tumenggung itupun bersiap mendengarkan titah Kanjeng Sultan Trenggana.
"Kalian sudah mendengar nanti pada hari Anggara Kasih, pada saat pisowanan agung, aku akan mengangkat Penangsang sebagai adipati Jipang dan mengangkat Karebet sebagai adipati Pajang" kata Sultan Demak, lalu Kanjeng Sultanpun berkata :"Setelah itu, tiga pasar setelah pisowanan agung, adipati Pajang akan melamar anakku Sekar Kedaton"
"Dua tiga pasar setelah itu, maka aku akan menikahkan anakku dengan Adipati Pajang, sepasar setelah pahargyan pengantin, anakku Sekar Kedaton akan diboyong pindah ke Pajang" kata Kanjeng Sultan, lalu Kanjeng Sultan berhenti sebentar, mengamati wajah Tumenggung Gajah Birawa dan Tumenggung Siung Laut.
"Tumenggung Gajah Birawa, seperti ada yang akan kau tanyakan?" kata Kanjeng Sultan.
"Sendika dawuh Kanjeng Sultan, kalau boleh hamba bertanya, sepertinya waktu pelantikan adipati, lalu melamar Sekar Kedaton dan waktu pahargyan pengantin, apakah jaraknya memang dibuat terlalu pendek ?" tanya Tumenggung Gajah Birawa.
"Ya, itu semua memang aku sengaja, memang aku percepat, karena berkaitan dengan rencanaku selanjutnya yaitu menggempur Panarukan, nah sekarang kau Tumenggung Siung Laut, bagaimana dengan tugas yang aku berikan kepadamu?" tanya Kanjeng Sultan kepada Tumenggung Siung Laut.
"Sendika dawuh Kanjeng Sultan, dari tiga puluh perahu yang masih tersisa, yang pernah dipakai oleh Pangeran Sabrang Lor, hampir semuanya bisa diperbaiki oleh para pembuat perahu dari Wedung" kata Ki Tumenggung.
Tumenggung Siung Laut berhenti sebentar, lalu iapun menjelaskan lagi :"Perahu-perahu yang bisa diperbaiki sebanyak dua puluh tujuh perahu, sedangkan tiga buah perahu sudah tidak bisa diperbaiki lagi karena kerusakannya terlalu parah" kata Tumenggung Siung Laut.
"Bagus, dua puluh tujuh perahu yang bisa diperbaiki, cukup untuk menggempur Panarukan dari laut" kata Sultan Trenggana :"Tumenggung Siung Laut, sekarang perahunya kau simpan dimana?"
"Perahu itu sebagian berada di daerah Wedung dan sebagian lagi berada di daerah Keling" kata Ki Tumenggung.
"Bagamana dengan pasukan laut mu, apakah masih bersemangat tinggi untuk bertempur di bang wetan ?" tanya Sultan Trenggana.
"Ya Kanjeng Sultan, mereka masih bersemangat dan masih cukup banyak untuk memenuhi perahu-perahu itu" kata Tumenggung Siung Laut.
"Nanti aku sendiri yang akan menjadi Senapati Agung, aku yang akan memimpin prajurit Demak segelar sepapan untuk menuju Bang Wetan, sedangkan yang menjadi Senapati Pengapit, yang memimpin para prajurit laut adalah Tumenggung Siung Laut" kata Kanjeng Sultan.
"Sendika dawuh Kanjeng Sultan" kata Tumenggung Siung Laut.
(bersambung)